Selasa, 01 Desember 2009

PERTEMUAN PERTAMA (TM-1, 2, dan 3)


I. BERKENALAN DENGAN PUISI DAN PROSA FIKSI

A. PUISI

 Hayati puisi-puisi berikut dengan sepenuh penghayatan !

SAJAK JOKI TOBING BUAT WIDURI
Oleh: WS Rendra

Dengan latar gubug-gubug karton,
aku terkenang akan wajahmu,
Di atas debu kemiskinan,
aku berdiri menghadapmu,
Usaplah wajahku, Widuri,
Mimpi remajaku gugur
di atas padang penangguran,
Ciliwung keruh,
wajah-wajah nelayan keruh,
lalu muncullah rambutmu yang berkebaran,
Kemiskinan dan kelaparan,
membangkitkan keangkuhanku,
wajah indah dan rambutmu,
menjadi pelangi dicakrawalu.

PUISI 1
Oleh: Tengsoe Tjahjono

Sebut saja namamu: puisi
Lahir dari kemelut sejarah dan benteng terakhir
Perlawanan

Engkau melayang: misteri
Tinta biru getar terakhir jemari
Perburuan

Dan ini catatan itu
Yang dikirim lewat sekawanan elang
: negerimu ? Masih saja belukar
tanah lembab tanpa cahaya

Adakah yang masih bisa digali dari pesan itu
Lihatlah bukit-bukit begitu agungnya
Lambaian tangan samar kubaca

Sebut saja namamu: puisi

NYANYIAN LETNAN NURHADI ANGGOTA PASUKAN GARUDA XII
Oleh: Akhmad Nurhadi Moekri

Kalau aku ke Kamboja
anakku
berbekal seribu peluru
Kalau aku pulang nanti
anakku
Kubawakan seribu peluru

Sejuk senapanku
Sejuk darahku

Telah kuminum darah yang tumpah
Telah kubungkam parang yang pecah

Kalau aku ke Kamboja
anakku
berbekal seribu peluru
kusalami penduduk desa
kubangun pagar rumahnya
kusapu hutan
kurajut kota

Kalau aku pulang nanti
anakku
kubawakan seribu peluru
sekeranjang jeruk untuk tetangga
sekeranjang senyum gerilya untuk
mamamu

kubawakan Ho Chi Minh
kubawakan sungai Mekong
kubawakan Pnom Penh
kubawakan Kamboja

Catatan tentang Mimesis dan Diegesis:
 Mimesis adalah paparan realitas seperti apa adanya, diegesis paparan ilusi pengarang.(Plato).
 Mimesis bukan sekedar tiruan, bukan sekedar potret dari realitas, melainkan telah melalui kesadaran personal batin pengarangnya (Aristoteles)
 Mimesis dapat tampil dalam berbagai jenis (Gerald Genette):
1. Ujaran yang dilaporkan (Pr: discours repporte)
Contoh:
Nenekku mati dengan sikap pasrah, karena sewaktu meninggal senyuman tersungging di bibirnya:
2. Ujaran yang telah disesuaikan dengan tanggapan, sikap, dan kesadaran subyektif pengarangnya.
Contoh:
Nenekku mati dengan sikap pasrah, karena sewaktu meninggal senyuman tersungging di bibirnya, oleh Chairil Anwar diungkapkan menjadi:
bukan kematian benar menusuk kalbu
keridhaanmu menerima segala tiba
3. Ujaran yang diceritakan (Pr. discours raconte), paparan yang hanya berisi tindakan yang hanya ada dalam batin pengarang.
Contoh:
Puisi Goenawan Mohamad:
Siang akan jadi dingin
Tuhan, dan angin telah sedia
Biarkan aku sibuk
dan cinta berangkat dalam rahasia

B. PROSA (Cerpen, Novel/Roman, Drama)

Coba Sdr apresiasi cerpen guntingan koran terlampir!

PEKERJAAN RUMAH

1. Perhatikan unsur mimesis dan diegesis (menurut konsep Plato) dalam puisi: Sajak Joki Tobing buat Widuri, Puisi 1, dan Nyanyian Letnan Nurhadi Anggota Garuda XII di atas ! Kemudian buatlah catatan-catatan!
2. Bacalah dengan sepenuh penghayatan 3 (tiga) buah puisi dan sebuah cerpen yang Sdr. temukan dalam harian Kompas, Republika, Jawa Pos, atau harian lain. Kemudian laporkan judul dan nama pengarangnya !

II. PENGERTIAN PUISI DAN PROSA FIKSI


A. PENGERTIAN PUISI

Secara etimologis.kata puisi berasal dari bahasa Yunani poemia yang berarti membuat, poeisis yang berarti pembuatan, atau poeites yang berarti pembuat, pembangun atau pembentuk. Di Inggris puisi itu disebut poem atau poetry yang tidak jauh berbeda dengan to make atau to create, sehingga pernah lama sekali di Inggris puisi itu disebut maker.
Lebih lanjut Tengsoe Tjahjono mendefinisikan puisi sebagai ungkapan pikir dan rasa yang padat dan berirama, dalam bentuk larik dan bait dengan memakai bahasa indah dalam koridor estetik.
Hudson mengungkapkan puisi adalah salah satu cabang sastra yang menggunakan kata-kata sebagai media penyampaian untuk membuahkan ilusi dan imajinasi, seperti halnya lukisan yang menggunakan garis dan warna dalam menggambarkan gagasan pelukisnya.
Sebagai salah satu karya kreatif yang diwujudkan dalam bentuk bahasa, puisi mempunyai unsur-unsur intrinsik, yaitu:
1. Tema (gagasan utama)
2. Rasa (arti emosional)
3. Nada (menggurui, mencaci, merayu, merengek, menyindir, mengajak,dsb).
4. Amanat (pesan)
5. Diksi (pilihan kata)
6. Imajeri (daya baying: imajeri pandang, imajeri dengar, imajeri rasa, dsb).
7. Kata-kata konkret (kata-kata yang secara denotatir sama, tetapi secara konotatif berbeda)
8. Gaya bahasa (bahasa khas untuk memperjelas makna)
9. Ritme (irama)
10. Rima (persamaan bunyi; sajak)
Bacalah dengan cermat contoh puisi di bawah ini, kemudian temukan irama, penggantian arti (displacing), :penyimpangan arti (distorting), penciptaan arti (creating of meaning)

PUISI 6
Oleh: Tengsoe Tjahjono

Kembali pada puisi, sungai mengalir di antaranya
Daun berbentuk hati mengapung di alir bebatuan
Tak henti-henti hujan mematuki

Sepasang angsa berenangan di tepi
Putih berkilau, dikibaskan air di badan
: Oi kenapa sampai di sini ?

Dan siapa mengintip dari remang bebukitan
Oh, jangan bulan atau bintang-gemintang
: Jejak itu telah lama hilang

SUNGAI KECIL
Oleh: D. Zawawi Imron

Sungai kecil, sungai kecil ! dimanakah engkau telah kulihat ?
antara cirebon dan purwokerto atau hanya dalam mimpi
di atasmu batu-batu kecil sekeras rinduku dan di tepimu daun-daun bergoyang menaburkan sesuatu yang kuminta dalam doaku
sungai kecil, sungai kecil ! terangkanlah kepadaku, dimanakah negeri asalmu ?
di atasmu akan kupasang jembatan bambu agar para petani mudah melintasimu dan akan kubersihkan lubukmu agar para perampok yang mandi merasakan sejuk airmu
sungai kecil, sungai kecil ! mengalirlah terus ke rongga jantungku dan kalau kau payah, istirahatlah ke dalam tidurku ! kau yang jelita kutembangkan buat kasihku

PANTAI SELOPENG
Oleh: Akhmad Nurhadi Moekri

nganga bahak ombak
meruncing taring sepi
mengunyahku
yang terlentang di sela jajaran perahu bajak
yang ditinggalkan para awak ke darat

di darat mereka akan menjumpai
ikan yang terenggut dari lautku
lautku
dan mereka akan tenggelam di matanya
bersama lentangku

B. PENGERTIAN PROSA FIKSI
Prosa Fiksi = karya fiksi, prosa cerita, prosa narasi, narasi, atau cerita berplot.
Prosa Fiksi adalah kisahan atau cerita yang diemban oleh pelaku-pelaku tertentu dengan pemeranan, latar, serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu cerita.
Unsur-unsur prosa fiksi:
1. Pengarang atau narator.
2. Isi penciptaan, Pengarang memaparkannya lewat:
a. penjelasan atau komentar.
b. Dialog maupun monolog
c. Lewat lakuan atau action
3. Media penyampai isi berupa bahasa.
4. Elemen-elemen fiksional atau unsur-unsur intrinsik yang membangun karya fiksi itu sendiri sehingga menjadi suatu wacana. Unsur-unsur intrinsic terdiri atas:
a. Tema
b. Amanat
c. Alur
d. Perwatakan
e. Latar
f. Pusat Pengisahan
Prosa fiksi lebih lanjut dapat dibedakan atas roman, novel, novelet, maupun cerpen.

Bacalah cerpen berikut:

PERMEN KARET
Oleh: Kalih Raksasewu

Matahari bersinar cerah diiringi langkah kaki Marso. Ia hendak pergi ke sekolah. Ia tak lupa pergi ke rumah temannya untuk berangkat bersama. Sampai di sekolah seperti biasa ia menyimpan tasnya ke bangku masing-masing.
Pukul tujuh lonceng berbunyi mulai terdengar dan pelajaran dimulai. Selesai pelajaran anak-anak lari saling mendahului. Hanya Marso dan Fredi sahabatanya yang tidak saling mendahului. Ia berjalan dengan asyiknya pada bercerita. Tidak terasa ia harus berpisah di persimpangan Jalan Oto Iskandar Dinata.
Bulan Januari berhenti, maka dirobeknya kalender Januari itu oleh Fredi dan arlojinya pun diputar. Memang ayah Fredi berpangkat tinggi tetapi ia sangat ramah dan baik budinya dan Fredi pun begitu tak seperti orang kaya tetapi pelit.
Pada suatu hari si Komar memakan permen karet. Ia terkenal sangat nakal. Sesudah selesai memkan permen karet ia oleskan ke meja Fredi. Bel sekolah terdengar lagi, Fredi mengambil buku dan disimpannya di meja untuk menulis.
Ketika ia mengangkat bukunya ternyata buku itu lengket. Ia sangat marah karena ia merasa sedang dipermainikan. Fredi melirik kepada Marso, karena ia ingat bahwa Marso suka sekali makan permen karet.
Sewaktu bel istirahat berbunyi Fredi cepat-cepat ke luar dan menjaga pintu masuk kelas. Marso berjalan ke pintu kelas maksudnya ia hendak ke Fredi untuk bermain bersama.tetapi ia dipegang kerah bajunya.
“He …ada apa kamu Fredi?” tanya Marso terkejut.
“Jangan berpura-pura!”Geram Fredi. “Kamu tadi menyimpan permen karet ini ya?” sambungnya.
Komar melihat kejadian itu lalu tertawa terbahak-bahak diiringi menertawakan kawannya yang menyuruh Komar menyimpan permen karet di meja Fredi.
“Ti…ti…dak Fredi.”, katanya penuh ketakutan. Mukanya merah sekali.
Lalu ia masuk ke kelas dan lari keluar SD Negeri itu, ia pulang tanpa dihirauikan teman-temannya.
Komar melihat kejadian itu ia malah tertawa dengan Jimmi yang menyuruh Komar menyimpan permen karet itu.
Jam pelajaran telah selesai. Ketika itu Fredi berjalan sendirian ia memikirkan persoalan itu. Tiba-tiba ia ingat masa temannya yang baik itu berbuat perbuatan yang sejelek itu. Ia lari seketika itu juga ke Gang Suniaraja untuk mendapatkan Marso. Sampai di rumah Marso ia berjalan perlahan-lahan Dilihatnya Marso duduk seperti yang sangat sedih.
Besoknya Marso kelihatan tak masuk sekolah. Fredi teringat pesan ayahnya sewaktu Fredi di kelas 3 SD itu. Kta ayahnya, “tidak boleh menuduh orang sebelum ada buktinya”.
Sepulang sekolah ia pergi ke kantor untuk melaporkan bahwa Marso tak masuk sekolah. Jimmi berjalan bersama Komar. Memang Jimmi tak menyukai Marso. Dan waktu itu Fredi berjalan sendiri. Ia teringat akan waktu itu. Ia memegang kerah baju Marso dan terdengar suara Komar. Lalu ia lari mendapatkan Komar yang berjalan di depan.
“Hai Komar…kamukah yang menyimpan permen karet itu?” Tanya Fredi.
“Apa…aku…hahaha…aku?”katanya.
“Ya…ia!” kata Jimmi menutup pembicaraan Komar.
“Diam kau! Kau yang menyuruh aku.”, bisik Komar.
Tanpa berkata lagi Fredi menarik tangan Komar ke Pak Guru yang masih ada di kelas.
“Pak..pak”, Ini pak yang menyimpan permen karet di meja saya. Dan waktu itu saya salah paham memarahi Marso yang sekarang ia tak masuk sekolah”.
“Maafkan saya…Pak. Karena sa…saya disuruh Jimmi Pak”, kata Komar menginsyafi perbuatan kotornya.
Pak Guru mengajak pergi ke rumah Marso. Sampai di sana Komar disuruh mengetuk pintu. Tepat dibuka oleh Marso. Ia sangat kaget.
“Maafkan aku ya Marso” kata Komar.
“Dan maafkan aku juga ya” sambung Fredi.
“Ya kalian kumaafkan”, kata Marso.
“Ya, Pak Guru pulang dulu!” kata Pak Guru, sambil ke luar dari rumah Marso.
“Terima kasih Pak…” kata mereka serentak.
Pukul setengah dua lewat, Komar dan Fredi minta diri untuk pulang. Matahari tampak gembira diiringi kedua sahabat itu.
Bandung, 5 Februari 1978


III. PENGERTIAN APRESIASI
Istilah apresiasi berasal dari bahasa Latin apresiatio yang berarti mengindahkan atau menghargai. Kata apresiato menurunkan kata appreciation (Inggris) atau appretiare (Perancis).
Istilah apresiasi menurut Gove mengandung makna:
(1). Pengenalan melalui perasaan atau kepekaan batin.
(2). Pemahaman dan pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan yang diungkapkan pengarang.
Natawijaya menyatakan bahwa apresiasi adalah penghargaan dan pemahaman atas sesuatu hasil seni atau budaya. (Tugas: Buat kesimpulan sendiri pengertian apresiasi!)
Squire dan Taba berkesimpulan bahwa sebagai suatu proses, apresiasi melibatkan tiga unsur inti, yaitu:
(1). Aspek kognitif.
(2). Aspek emotif.
(3). Aspek evaluatif.
Akhirnya apresiasi puisi didefinisakan oleh Tengsoe Tjahjono sebagai aktivitas menggeluti puisi yang melibatkan unsur pikiran, perasaan, bahkan fisik, melalui langkah-langkah mengenali, menikmati dan memahami sehingga tumbuh penghargaan terhadap keindahan dan makna yang terkandung dalam puisi.
Analog dengan definisi apresiasi puisi kita dapat mendefinisikan apresiasi prosa dengan mengganti obyek puisi menjadi prosa.
Paling tidak seorang apresiator tidak begitu saja mengabaikan puisi dengan membuang kesempatan untuk membacanya. Mari kita baca puisi di bawah ini:
DOA ORANG LAPAR
Oleh: WS Rendra

Kelaparan adalah burung gagak
yang licik dan hitam
Jutaan burung-burung gagak
bagai awan yang hitam
O Allah !
Burung gagak menakutkan
Dan kelaparan adalah burung gagak
Selalu menakutkan
Kelaparan adalah pemberontakan
Adalah penggerak gaib
dari pisau-pisau pembunuhan
yang diayunkan oleh tangan-tangan orang miskin
Kelaparan adalah batu-batu karang
di bawah wajah laut yang tidur
Adalah mata air penipuan
Adalah pengkhianat kehormatan
Seorang pemuda yang gagah akan menangis tersedu
melihat bagaimana tangannya sendiri
meletakkan kehormatannya di tana
karena kelaparan
Kelaparan adalah iblis
Kelaparan adalah iblis yang menawarkan kediktatoran
O Allah !
Kelaparan adalah tangan-tangan hitam
yang memasukkan segenggam tawas
ke dalam perut para miskin
O Allah !
Kami berlutut
Mata kami adalah mata-Mu
Ini juga mulut-Mu
Ini juga hati-Mu
Dan ini juga perut-Mu
Perut-Mu lapar, ya Allah
Perut-Mu menggenggam tawas
dan pecahan-pecahan gelas kaca
O Allah !
Betapa indahnya sepiring nasi panas
Semangkok sop dan segelas kopi hitam
O Allah !
Kelaparan adalah burung gagak
Jutaan burung gagak
bagai awan yang hitam
menghalang pandangku
ke sorga-Mu !

Kemudian genre sastra lain selain puisi dapat dibaca pada buku-buku sastra koleksi perpustakaan atau di surat kabar-surat kabar. Selamat mengapresiasi!

PERTEMUAN KEDUA (TM: 4, 5, dan 6)

IV. KEGIATAN APRESIASI PUISI DAN APRESIASI PROSA FIKSI

Kegiatan apresiasi puisi dan prosa fiksi dapat mengambil bentuk kegiatan langsung, kegiatan tidak langsung, kegiatan dokumentatif maupun kegiatan kreatif.
1. Kegiatan apresiasi langsung.
Kegiatan apresiasi langsung adalah kegiatan yang secara sengaja dilakukan untuk apresiasi, dalam hal ini untuk memperoleh kenikmatan, menghargai dan menilai karya sastra secara tepat.
Termasuk dalam kegiatan ini antara lain dengan membaca karya sastra ( puisi dan prosa fiksi), mendengarkan/melihat karya sastra dibacakan, dilakukan/dideklamasikan baik melalui pertunjukan life, atau melalui media elektronika.
a. Membaca Karya Sastra (puisi dan prosa fiksi)
Membaca karya sastra di sini bukan sekedar membaca, tetapi membaca dengan sungguh-sungguh, dengan empati, dengan kegairahan, sampai ia menemukan pengalaman pengarang di dalam karangannya. Pembaca memperoleh kenikmatan, dan pada akhirnya ia merasa perlu untuk memberikan penghargaan yang layak terhadap karya sastra.
Sebagai ilustrasi, kita misalkan seseorang membaca puisi di bawah ini.
AYAHKU
Oleh: Eddy Juniaman
Ayahku
ia seorang kecil
jabatannya pun kecil
tetapi dia orang besar
besar dalam pandanganku
presiden dalam perasaanku

Ayahku tidak kaya harta
kekayaannya ialah cita-cita
dia minyak, dia obor
dia jalan, dia jenjang
kami tinggal memanfaatkanya

Ayahku presiden
dalam hatiku
dalam hati kami

Apabila orang/pembaca tersebut merasa terharu akan sikap seorang anak yang sangat mengagumi ayahnya. Dia merasa menjadi aku puisi (aku liris) yang sama-sama mengagumi ayahnya. Terbayang olehnya keadaan ekonomi ayahnya, ketegaran hidupnya, kepemimpinan dan kasih sayang ayahnya. Setelah membaca puisi tersebut ia pun merasa semakin hormat kepada ayahnya.
Selain itu, ia juga merasa kagum kepada penulis puisi tersebut yang mampu menggugah pembaca dengan bahasa yang sederhana bahkan lugu. Dengan kesederhanaannya penulis mampu menyusun tema yang disajikan. Gaya bahasa dan diksi (pilihan kata) digunakan begitu tepat. Iapun terus menggumuli puisi tersebut dengan dibekali kemampuan teoritis yang dimiliki. Bagaimana sikap penyair terhadap pokok persoalan yang dibicarakan, bagaiman nada membicarakannya, dan bagaimana tujuannya.
Tidak cukup sampai di situ, ia menelusuri terus. Bagaiman imajeri, rima, dan iramanya. Setelah itu ia mendiskusikan pengalaman yang diperoleh dari puisi tersebut dengan teman-temannya. Kemudian ia menyimpulkan bahwa puisi Ayahku adalah puisi yang baik.
Inilah contoh tentang membaca yang termasuk kegiatan mengapresiasi. Pembaca tersebut telah melakukan dengan sungguh-sungguh, iapun menikmati, iapun mendapat pengalaman dan menjadi lebih baik sikapnya terhadap ayahnya dan ia dapat menghargai karya tersebut dengan tepat.
b. Mendengarkan Karya Sastra Dibacakan/Dilakukan
Mendengarkan karya sastra dibacakan/dilakukan dapat mengambil bentuk mendengarkan puisi/cerpen dituturkan, baca dongeng, dst. Kegiatan ini dapat dilakukan secara life maupun melalui saluran media elektronik, seperti radio atau televisi, bahkan melalui rekaman kaset/tape recorder, CD/MP-3/VCD, komputer/internet, dst.
Sebagai ilustrasi kita misalkan seseorang menonton pagelaran baca dongeng. Inilah dongeng yang ia dengarkan.

DUA EKOR BURUNG KUTILANG DAN ANAK YANG BAIK HATI
Oleh: Ami Raksanagara.
Dalam sebuah hutan hiduplah dua ekor burung kutilang. Yang satu jantan dan yang lainnya betika. Mereka hidup berbahagia dalam sarangnya yang terletak pada sebuah pohon mangga.
Kedua ekor burung kutilang itu biasanya terbang bersama-sama jika mencari makanan. Tetapi setelah yang betina bertelu, mereka tidak pernah pergi bersama-sama, sebab mereka sangat sayang kepada telur-telurnya itu. Jika yang jantan pergi, maka yang betinalah yang menjaga telurnya itu. Dan jika yang betina pergi, maka yang jantanlah yang menjaganya. Mereka khawatir kalau-kalau telurnya itu ada yang mencurinya.
Pada suatu hari, ketika bapak kutilang itu sedang pergi, telur itu menetas.Lahirlah dua ekor anak kutilang yang sangat lucu. Betapa gembira hati induknya. Dilindunginyalah anak-anaknya itu dengan kedua belah sayapnya supaya tidak kedinginan.
Ketika bapak kutilang datang berserulah induknya:
“Hai, syukurlah! Kita telah punya anak. Cantik sekali, bukan?”
“Oh, syukurlah! Coba kulihat. Wah, yang ini cantik seperti ibunya. Dan ini, wah pasti gagah seperti ayahmu, ya nak!” kata yang jantan. Dibelainya anaknya itu. Induknya tersenyum bahagia.
Setelah anak-anaknya lahir, kedua ekor kutilang itu lebih hati-hati lagi menjaga anaknya itu. Makin lama makin besar dan bulunya makin tumbuh dengan bagusnya.
Pada suatu hari induknya akan pergi mencari makanan Bapak kutilang berkata:
“Hati-hatilah jangan mendekati kampung tempat manusia!”
Sang betina itupun terbanglah. Dia mencari makanan kesana kemari tapi tak ada. Maka sampailah ke sebuah kampung. Baru saja sampai ke sana, induknya kutilang itu dikejar oleh seorang anak. Karena gugupnya ia terbang lalu masuk ke dalam rumah. Maka tertangkaplah kutilang itu. Ia menangis ketika telah dimasukkan ke dalam sebuah sangkar. Ia berusaha melepaskan diri, akan tetapi tidak dapat…
Ketika badanya merasa sakit-sakit karena terbentur ke sangkar itu dan sudah luka-luka, datanglah seorang anak perempuan mendekatinya. Lalu ia berkata:
“Wahai burung betina, engkau tentu ditunggu anakmu, ya. Aku kasihan kepadamu. Pulanglah, bawalah ini!” kata anak perempuan itu.
“Terima kasih anak yang manis, semoga banyaklah orang yang sayang kepadamu. Tak akan kulupakan kebaikanmu.’
Lenyaplah kutilang itu dalam kegelapan senja.
Dalam sarangnya, kedua anak kutilang itu menangis saja karena lapar dan mereka gelisah sekali karena induknya belum juga datng. Bapak merekapun sangat cemas hatinya. Dia sudah menyangka bahwa induknya pasti kena celaka. Ia ingin sekali menangis, seperti anak-anaknya. Tetapi ia selalu menghibur anaknya.
“Diam nak, sebentar lagi ibumu pulang. Kau kedinginan? Mari dengan bapak. “, kata bapak kutilang. Pada waktu itu datanglah ibunya.
“Pak, pak, ini aku dating!” kata induknya.
“Hai, ibumu datang!, ibumu datang!” seru bapaknya dengan gembira.
Riuhlah anaknya menyambut ibunya. Dengan mata yang sayu, induknya memandang wajah bapaknya. Dipandangnya oleh bapaknya. Dekat bapaknya induknya menjatuhkan dirinya karena letihnya dan sedih, dan menangislah ia. Ketika dilihatnya anak-anaknya, redahlah tangisnya dan dibelainya anaknya yang manis itu. Dan berceritalah induknya tentang kejadian yang menimpa dirinya siang itu.
“Syukurlah engkau selamat. Aku sangat gembira kita bisa berkumpul lagi. Mudah-mudahan lukamu cepat sembuh. Marilah kita berdoa untuk anak perempuan yang baik hati itu.”
Dan heninglah dalam sarang kutilang itu sejenak.

Orang itu mendengarkan dengan sungguh-sungguh ketika dongeng di atas dibacakan. . Setelah pembacaan dongeng selesai ia merasa terharu akan kebahagiaan keluarga burung dan akan kebaikan hati anak perempuan itu. Ia juga merasa kasihan ketika membayangkan nasib anak burung yang kedinginan dan lapar. Kasihan terhadap induk burung yang tertangkap anak-anak ketika berusaha mencarikan makanan buat keluarganya.
Cerita di atas mengajak pendengar merenung membayangkan betapa indahnya hidup dengan penuh kasih sayang, seperti keluarga burung, sehingga timbul kesadaran dalam diri pendengar, bahwa ia akan berusaha menciptakan hidup dalam keluarganya seperti keluarga burung. Keluarga penuh kasih sayang. Ia akan memulai dari dirinya sendiri. Ia akan mengasihi orang lain dan mengasihi binatang.
Kemudian pendengar merasa kagum terhadap pengarang yang telah mampu menyajikan ide, pengalaman dan pesan pendidikan dengan menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dicerna.
Dengan tanpa menggurui pengarang telah berhasil menggugah fikir dan rasa pendengar. Pengarang berhasil membangkitkan kesadaran para pendengar untuk berperilaku lebih baik.
Pendengar tersebut telah mengapresiasi Dua Ekor Burung Kutilang dan Anak yang Baik.
2. Kegiatan Apresiasi Tidak Langsung.
Kegiatan apresiasi tidak langsung adalah kegiatan di luar apresiasi langsung yang dapat membantu meningkatkan dan mengefektifkan kegiatan apresiasi langsung. Termasuk dalam kegiatan ini antara lain mempelajari konsep, teori, sejarah, ulasan, yang berhubungan dengan sastra.
Kegiatan ini akan sangat menunjang kegiatan apresiasi langsung, sebab –seperti disebutkan di muka- apresiasi adalah penikmatan pemuasan rasa terhadap hasil sastra berdasarkan pengenalan, pengalaman, pemahaman, penalaran, dan pengertian yang sifatnya teoritis.
Jadi jika pengenalan, pengalaman, pemahaman, penalaran, dan pengertian meningkat, maka apresiasi kita terhadap karya sastra akan meingkat pula. Dengan demikian kegiatan apresiasi tidak langsung ini, tidak bisa dianggap remeh, karena apresiasi tanpa ditunjang kegiatan tersebut tidak akan efektif.
3. Kegiatan dokumentatif.
Termasuk dalam kegiatan ini antara lain upaya mengumpulkan atau mengadakan koleksi tentang hasil-hasil karya sastrawan, mengumpulkan buku, artikel, atau pembahasan tentang sastra.
4. Kegiatan kreatif.
Termasuk dalam kegiatan ini adalah melakukan upaya penciptaan karya sastra itu sendiri atau menulis tentang sastra, seperti menulis kritik, esai, artikel, studi, penelitian sastra, dan sebagainya.

 Menurut Tengsoe Tjahjono kegiatan apresiasi puisi meliputi:
1. Kegiatan reseptif, kegiatan penerimaan. Termasuk dalam kegiatan ini adalah kegiatan membaca, kegiatan analitik, dan kegiatan interpretatif.
2. Kegiatan produktif, kegiatan penciptaan.
3. Kegiatan performansi.
4. Kegiatan dokumentatif.
 Kegiatan menulis dan membaca karya sastra.
Sebagai awal dari kegiatan apresiasi sastra, maka marilah kita baca beberapa puisi berikut kemudian kita analisis dalam sebuah diskusi.
RENUNGAN BAB AIDS
Oleh: Darmanto Jatman

Tuhan menciptakan langit dan bumi dan laut
dan burung di awang-awang, dan binatang di daratan
dab ikan di kedalaman air;
dan di hari ke tujuh ia menarik nafas panjang dan
bersabda: Sempurna !
Manusia menciptakan teologi dan filsafat dan ilmu dan
seni dan teknologi
Satelit di awang-awang, meriam di daratan
dan kapal selam di kedalaman samudra
dan di akhir zaman Ia menarik nafas panjang
dan berkata: Sempurna !
Sesuatu, entah apa, atau siapa, melepas jasad-jasad
renik
protozoa, amoeba, bakteria, virus
dan akhirnya HIV
lalu Ia menyeringai dan bicara:
Sempurna

Aje gile !
Gile bener !
Bener-bener “The Last Encouter”
Pertempuran pungkasan manusia melawan napsunya
Sendiri !

Ya mubya mubyati, ya mubya mubyati, ya mubya
Mubyati
Aum shatih, shantih aum
Bismillah irrahman irrahim
Ya Allah !
Jadikanlah kami saksi atas kemenanganMu ini


JAKARTA
Oleh: Mustofa Bisri

Jakarta yang angkuh
Jakarta yang selingkuh
Jakarta yang berpeluh
Jakarta yang mengeluh
Jangan mengaduh !
Rasakanlah sendiri
Sakitmu !
Kau telah memaksakan diri
Menjadi asing
Di mata anak-anakmu
Sendiri !


SIAPA
Oleh: D. Zawawi Imron

Kupu-kupu menari
manaklukkan keangkuhan tebing-tebing
dengan warna

Aku jadi ingin tahu
siapa
yang memetik tombak jadi kecapi

Demikian juga analisislan cerita pendek di bawah ini!

CIK MAT
Oleh: Suman Hs.
Di tepi sungai yang jernih bening, berliku ke barat, berkelok ke timur, Cik Mat, duduk mencangkung lurus, memegang pancing berjoran aur kuning tua, berkelar ukir lingkaran hitam, halus melentur-lentur.
“Puah, sambut bujang perambut, air pasang bawa ke insang, air surut bawa ke perut –biar putus jangan rabut.”
Tiga yang sudah, empat dengan ini Cik Mat menyembat boran, menyentak tali, tetapi yang tergail naik ke atas, hanya umpan-umpan jua. “Cih, sekali lagi …sambut bujang perambut…!”
Nun di seberang sana, berenang mengigal-igal, berkecimpung menepuk air Dang Zainab, janda Cik Saleh, sudah ditalak tiga, tapi ingin bercinta-buta.
Telah empat kali Cik Mat melabuhkan pancing, ngelamun mantera nelayan, sudah sekian kali pula mata dikejap dilayangkan, digedang dipicingkan, tetapi ‘rang seberang, campung-berkecimpung juga.
Lagi sekali Cik Mat menyentak pancing, maka tergaillah terumban-unban di awang-awang seekor ikan, putih berkilat-kilat, setempap kurang sejari.
“A, terkait insang.” Cik Mat batuk mendehem, pandang melayang ke tepian ‘rang seberang; tetapi kecimpung tak bergema lagi. Di bawah pohon rambutan, bersela manggis, tampak Deng Zainab berjalan membelakang melenggok-lenggok, tidak berpaling, tidak melengos.
“A, terkait insang.” Cik Mat batuk mendehem, pandang tak lurus, Di man orang mengenal awak…nasib, nasib.
(Dikutip dari: Kawan Bergelut oleh Suman HS).


PERTEMUAN KE-3 (TM KE 7, 8, DAN 9)

TINGKAT-TINGKAT APRESIASI SASTRA
Kemampuan apresiasi keadaannya bertingkat-tingkat, karena itu dapat ditingkatkan ke tingkat yang lebih tinggi atau lebih baik. Yang belum mampu dapt dijadikan mampu. Jadi apresiasi itu dapat dipelajari, dapat dilatih, karena itu pula dapat diajarkan.
Di bawah ini kita lihat tingkatakn dalam apresiasi tersebut agar kita dapat mengetahui tingkatan yang telah kita capai. Dengan pengetahuan akan ti9ngkatan yang kita duduki, kita dapat meningkatkannya ke tingkat yang lebih tinggi.
Yus Rusana dalam makalahnya menuliskan, “Tingkatan apresiasi ada tiga” yaitu, tingkat pertama terjadi apabila seseorang mengalami pengalaman yang ada dalam sebuah karya. Ia terlibat secara intelektual, emosional, dan imajinatif dengan karya itu. Tingkat kedua terjadi apabila daya intelektual pembaca bekerja lebih giat, dan tingkat ketiga apabila pembaca menyadari hubungan sastra dengan dunia di luarnya sehingga pemahaman dan penikmatannya dapat dilakukan dengan lebih luas dan mendalam.
1. Apresiasi Tingkat Pertama
Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkatan pertama merupana tingkatan yang didominasi pergulatan emosi, walaupun tetap dikontrol oleh kesadaran intelektual dan dipupuk oleh imajinasi. Di tingkat pertama, apresiator seolah-olah berada di dalam “pengalaman” yang diceritakan pengarang. Ia dapat merasakan kesenangan, kegembiraan, dan sebagainya jika pengarang memang melukiskan hal tersebut. Dengan imajinasinya apresiator dapat menangkap dan membayangkan kejadian-kejadian yang terdapat dalam karya tersebut. Ia mulai memperoleh kenikmatan dari karya sastra yang sedang diakrabinya.
Mari kita ikuti contoh di bawah ini, sambil bersama-sama membaca puisinya!
PAK POS
Engkau mengayuh speda sepanjang jalan
Tak pandang panas maupun hujan
Untuk melaksanakan tugas harian
Miskin dan kaya tak kau bedakan
Surat pada mereka kau berikan
Kring, kring, kring itu kodemu
Begitulah berjalan sepanjang waktu

Tugas:
Tulis pengalaman Anda saat membaca puisi di atas!

2. Apresiasi Tingkat Kedua.
Di atas telah disebutkan bahwa, apresiasi tingkat kedua terjadi apabila daya intelektual telah bekerja lebih giat. Maksudnya, adalah selain terjadi pergulatan emosi, terjadi pula pergulatan intelektual. Pada tingkat kedua ini, intelektual bekerja lebih giat, karena apresiator tidak hanya puas dengan memperoleh kenikmatan menemukan pengalaman, melainkan ia juga ingin tahu mengapa karya tersebut memberi nikmat.
Di tingkat ini, apresiator berusaha mengungkap hal-hal yang ada di balik karya tersebut.Ia memperhatikan unsur-unsur pembentuknya, bahkan ia merasa perlu mengetahui kaidah-kaidah pembentukan cipta sastra. Iapun merasa perlu mendalami pengertian tentang unsur-unsur cipta sastra. Dengan demikian ia dapat menelusuri karya tersebut, dari unsur-unsur pembentuknya (unsur intrinsik dan ekstrinsik karya sastra).
Pada tingkatan ini, apresiator sudah mempunyai gambaran tentang karya yang sedang diapresiasinya. Ia sudah mulai mengetahui kualitas karya tersebut, dan jika karya tersebut bagus ia mulai kagum akan karya tersebut dan terhadap pengarangnya. Iapun semakin menikmati dan semakin bergairah mngakrabi karya tersebut.
3. Apresiasi Tingkat Ketiga.
Pada apresiasi tingkat ketiga, seseorang menyadari bahwa sastra bukan sekedar permainan bahasa atau bunyi bahasa. Sastra ternyata memberikan sesuatu yang dapat dipetik manfaatnya. Dari sastra seseorang menemukan nilai-nilai hidup tanpa merasa digurui atau dikhotbai, sehingga ia menjadi bijak sendiri. Menjadi bijak dan memperoleh kenikmatan.
Dalam tingkatan ini, apresiator sudah mencapai kenikmatan yang tinggi. Ia telah merasa nikmat memperoleh pengalaman dari karya sastra. Ia juga menemukan kenikmatan estetik, karena ia tahu tentang wujud bangun karya sastra secara mendalam. Ia juga merasa nikmat karena memperoleh nilai-nilai untuk menghadapi kehidupan dengan lebih baik. Ia kagum akan karya tersebut dan ia kagum akan pengarangnya.
Dengan demikian ia akan mampu menghargai dan menilai karya sastra tersebut dengan layak dan tepat.


MANFAAT MENGAPRESIASI PROSA FIKSI DAN PUISI

Manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan apresiasi sastra pada umumnya menurut Aminuddin, (dan apresiasi puisi pada khususnya, pen) dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Mendapatkan hiburan.
2. Mengisi waktu luang.
3. Memberikan informasi yang berhubungan dengan pemerolehan nilai-nilai kehidupan.
4. Memperkaya pandangan atau wawasan kehidupan sebagai salah satu unsur yang berhubungan dengan pemberian arti maupun peningkatan nilai kehidupan manusia itu sendiri.
5. Pembaca dapat memperoleh dan memahami nilai-nilai budaya dari setiap jaman yang melahirkan cipta sastra itu sendiri.
6. Mengembangkan sikap kritis pembaca dalam mengamati perkembangan jamannya, sejalan dengan kedudukan sastra itu sendiri sebagai salah satu kreasi manusia yang mampu menjadi semacam peramal tentang perkembangan jaman itu sendiri di masa yang akan datang.
Senada dengan di atas Tengsoe Tjahjono mendeskripsikan manfaat mengapresiasi/membaca puisi sebagai:
1. Media hiburan, lebih-lebih hiburan rohani.
2. Memperluas dan memperkaya wawasan bahasa pembaca.
3. Media kontemplasi dan introspeksi (perenungan dan mawas diri).
4. Memperluas wawasan dan pengalaman kemanusiaan pembaca.
5. Memahami nilai-nilai kebenaran.
Di samping manfaat apresiasi sastra sebagaimana uraian di atas, terdapat juga pendapat yang merumuskan manfaat apresiasi sastra sebagai:
1. Manfaat estetik
Ialah manfaat yang diperoleh apresiator karena karya sastra yang diapresiasinya memuaskan, menikmatkan, dan membuka kepekaan pikiran dan perasaan akan keindahan.
2. Manfaat pendidikan
Ialah manfaat yang diperolah apresiator karena isi sastra yang diapresiasinya memberi pelajaran yang berarti kepadanya, sehingga ia mampu menghadapi hidup dengan lebih baik.
3. Manfaat memperluas wawasan
Ialah manfaat yang diperolah apresiator karena isi karya sastra yang diapresiasinya memberi pengetahuan baru, sehingga ia sadar akan kehidupan sekelilingnya.
4. Manfaat psikologis
Ialah manfaat yang diperolah apresiator karena isi karya sastra yang diapresiasinya dapat membantu menyelesaikan atau meringankan masalah yang dihadapinya.

Carilah manfaat dengan mengapresiasi puisi berikut:

Ibu
Oleh: D. Zawawi Imron

kalau aku merantau lalu datang musim kemarau
sumur-sumur kering, daunan pun gugur bersama
reranting
hanya mataair airmatamu ibu, yang tetap lancar
mengalir

bila aku merantau
sedap kopyor susumu dam ronta kenakalanku
di hati ada mayang siwalan memutikkan sari-sari
kerinduan
lantaran hutangku padamu tak kuasa kubayar

ibu adalah gua pertapaanku
dan ibulah yang meletakkan aku di sini
saat bunga kembang menyerbak bau sayang
ibu menunjuk ke langit, kemudian ke bumi
aku mengangguk meskipun kurang mengerti

bila kasihmu ibarat samudra
sempit lautan teduh
tempatku mandi, mencuci lumut pada diri
tempatku berlayar, menebar pukat dan melempar sauh
lokan-lokan, mutiara dan kembang laut semua bagiku
kalau ikut ujian lalu ditanya tentang pahlawan
namamu ibu, yang kan kusebut paling dahulu
lantaran aku tahu
engkau ibu dan aku anakmu

bila aku berlayar lalu datang angin sakal
Tuhan yang ibu tunjukkan telah kukenal

ibulah itu, bidadari yang berselendang bianglala
sesekali datang padaku
menyuruhku menulis langit biru
dengan sajakku

PERTEMUAN KE-4 (TATAP MUKA KE-9, 10, DAN 11)

MENAFSIRKAN PROSA FIKSI DAN PUISI

A. MENAFSIRKAN PROSA FIKSI
Menafsikan prosa fiksi tidak serumit menafsirkan puisi. Hal itu sebagai akibat dari bentuk atau genre sastra tersebut yang bersifat naratif deskriptif. Dengan demikian untuk menafsirkan atau memahami prosa fiksi hanya diperlukan antara lain memahami judul, memahami isi setiap paragraf, dan memahami tema dan amanat.
Bacalah satu atau dua novel atau roman yang Saudara peroleh di perpustakaan atau paling tidak bacalah sinopsis di bawah ini:

JALAN TAK ADA UJUNG
Oleh: Mochtar Lubis

Guru Isa adalah seorang tamatan HIK yang menjadi guru Sekolah Rakyat di Tanah Abang . Ia mempunyai seorang isteri bernama Fatimah. Selain dikenal akan kebaikannya, Guru Isa juga memiliki sifat yang lembut. Ia sangat mencintai musik dan sepak bola.
Penindasan bangsa Jepang yang dilihat oleh guru Isa turut mempengaruhi kehidupan rumah tangganya. Karena merasa ketakutan yang terus menerus guru Isa menjadi impoten. Sekalipun telah berusaha berobat, penyakitnya tak kunjung sembuh.
Sebenarnya guru Isa secara tidak sengaja terlibat dalam pergolakan revolusi ketika ia diserahi jabatan sebagai pengantar surat dan senjata yang dibutuhkan dalam perjuangan. Ia kemudian berkenalan dengan Hazil, seorang anak muda yang menjadi pemimpin pejuang. Semangat Hazil yang menggebu-gebu meningkatkan gairah semangat guru Isa dan membuatnya melupakan persoalan rumah tangganya. Hubungan guru Isa dengan anak muda itu semaikin lama semakin erat, sehingga keduanya menjadi sahabat karib. Keduanya sama-sama berjuang ketika Belanda datang kembali ke bumi pertiwi setelah kekalahan Jepang. Hazil berjuang karena panggilan nuraninya dan tekatnya yang sudah bulat, sedangkan guru Isa berjuang karena terpaksa dan takut. Mau tidak mau, guru Isa harus berhadapan dengan orang-orang yang sangat kasar. Ia selalu dicekam rasa takut apabila menjalankan tugasnya. Ketakutan yang terus menerus menghantui dirinya membuat penyakit malaria yang telah dideritanya kambuh kembali. Hazil selalu menengok dan terus menerus memberikan semangat kepada sahabatnya.
Setelah sembuh dari penyakitnya, guru Isa kembali mengajar. Sementara itu hubungan Fatimah dan Hazil semakin erat bahkan keduanya taelah melakukan hubungan terlarang. Suatu hari guru Isa menemukan pipa rokok Hazil di bawah bantalnya. Ia menjadi sangat marah, namun ia tidak dapat bertindak apa-apa karena isterinya berada di rumah. Ia takut kepada isterinya sekaligus merasa malu atas ketidakberdayaannya kepada suami.
Guru Isa, Hazil, dan Rahmad mendapat tugas melemparkan granat ke gedung bioskop setelah bioskop bubar. Pekerjaan itu berhasil dilakukan namun salah seorang di antara mereka tertangkap Belanda. Guru Isa bermaksud untuk segera melarikan diri, namun ia membatalkan niatnya karena tidak mendapatkan tempat persembunyian. Ia kemudian ditangkap oleh Belanda dan dipaksa untuk mengakui semua perbuatannya. Namun, ia hanya tutup mulut saja.
Suatu hari ia dipertemukan dengan Hazil di kamar tahanannya. Ia mengetahui bahwa Hazil telah menghianati dirinya hanya karena tidak tahan menerima siksaan. Kekaguman guru Isa terhadap anak muda itu kini telah hilang. Ia bahkan menjadi tidak takut lagi terhadap siksaan yang akan diterimanya. Ia mulai membiasakan dirinya untuk menghilangkan ketakutan dalam dirinya. Tekad ini ternyata memulihkan penyakitnya. Ia tidak lagi impoten. Guru Isa kini menjadi orang yang sangat bahagia.

Pahami judul, isi setiap paragraf, tema, serta amanat.sinops di atas!
B. MENAFSIRKAN PUISI
Perhatikan terlebih dahulu puisi berikut:

KEPADA SEMUT
Oleh: Mustofa Bisri

Kepada semut rayap berucap
Kami pun semut, jangan takut !
Kepada rayap kecoa berkata
Kami rayap juga, jangan curiga
Kepada kecoa tikus mendengus
Kami kecoa lihatlah, jangan salah !
Kepada tikus ular berujar
Kami juga tikus ini, jangan sangsi
Kepada ular manusia bicara
Kami ular kok mas, jangan cemas !

Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam rangka menafsirkan sebuah puisi, yaitu:
1. Memahami judul
Puisi Mustofa Bisri di atas berjudul Kepada Semut. Judul saja memang tidak selalu memberikan gambaran yang jelas terhadap isi puisi, tetapi paling tidak mengarahkan perhatian kita teradap semut, binatang, atau wacana kefabelan (fabel=penokohan binatang dalam karya sastra).
Memahami judul tersebut akan lebih memudahkan kita dalam memahami isi puisi.
2. Memahami latar
Semua piranti wacana yang menjelaskan perihal tempat, waktu, keadaan sosial, keadaan kultural, peristiwa, sejarah, dsb. biasa disebut latar. Piranti wacana yang muncul dalam puisi Mustofa Bisri di atas ialah ialah terutama pada baris yang berbunyi: //Kepada ular manusia bicara//Kami ular kok mas, jangan cemas ! //
Baris tersebut menyiratkan sinisme pengarang terhadap bergesernya nilai kejujuran, keterusterangan, transparansi, dan nilai-nilai adiluhung lainnya yang diagung-agungkan sebagai kultur bangsa kita. Nilai-nilai kultur yang kita bangga-banggakan, sekarang bergeser menjadi mesyarakat, paling tidak lapisan masyarakat, yang munafik, hipokrit, dan culas.
3. Memahami kata ganti
Kata ganti (pronomina) adalah kata yang menggantikan nomina atau frase nominal. Siapakah kami dalam puisi Kepada Semut ? Kami adalah rayap, kecoa, tikus, ular, bahkan manusia.
4. Memahami majas
Majas adalah kekayaan bahasa seseorang yang dimanfaatkan dalam berkomunikasi untuk mencapai efek-efek tertentu, baik efek semantik, maupun efek estetik.
Memahami majas menyangkut: jenis majas, alasan penggunaan, dan efek semantik dan efek estetik.
5. Memahami baris dan bait
Pada puisi Mustofa Bisri di atas baris pertama mengungkapkan adanya percakapan antara semut dan rayap. Puisi tersebut ditulis dalam satu bait, melukiskan kemunafikan.
6. Memahami tipografi dan enjambemen
7. Memahami makna dan amanat

PENDEKATAN DALAM APRESIASI SASTRA

Terdapat banyak pendekatan dalam upaya mengapresiasi sastra. Pendekatan yang dimaksud antara lain meliputi pendekatan analisis, sosiologis, sosiopsikologis, dan histories.


PENDEKATAN ANALITIS PROSA FIKSI DAN PUISI

Pengertian
Pendekatan analitis dalam mengapresiasi sastra (prosa fiksi dan puisi) adalah pendekatan yang secara sistematis obyektif berusaha memahami unsur-unsur intrinsik dalam sastra (prosa fiksi dan puisi), mengidentifikasi peranan setiap unsur intrinsik dalam sastra (prosa fiksi dan puisi) serta berusaha memahami bagaimana hubungan antara unsur yang satu dengan lainnya.
Unsur intrinsic prosa fiksa

Unsur intrinsik puisi
 Menurut Wellek:
1. Lapis bunyi (sound stratum).
2. Lapis makna.
a. Lapis arti (units of meaning).
b. Lapis dunia atau relalitas yang digambarkan penyair.
c. Lapis dunia atau realitas dipandang dari titik dunia tertentu.
d. Lapis dunia yang bersifat metafisis.

 Menurut LA Richards:
Lapis makna terdiri dari:
a. Sense (gambaran): Apa yang ingin dikemukakan penyair lewat puisi yang diciptakan ini ?
b. Subyect matter (pokok pikiran): Pokok-pokok pikiran apa yang dikemukakan penyair, sejalan dengan sesuatu yang secara umum diungkapkan penyairnya ?
c. Feeling. Bagaimanakah sikap penyair terhadap pokok pikiran yang ditampilkannya ?
d. Tone. Bagaimanakah sikap penyair terhadap pembaca ?
e. Total of meaning. Bagaimanakah makna keseluruhan puisi yang saya baca berdasarkan subject matter, feeling, dan tone yang telah saya temukan ?
f. Theme. Apakah ide dasar atau inti dari totalitas makna itu ?

 Tahap kegiatan:
1. Membaca puisi berulang-ulang.
2. Memahami judul.
3. Memahami gambaran makna secara umum.
4. Menetapkan kata dalam kategori: lambang, simbol, atau utterance.
5. Memahami setiap simbol.
6. Memahami setiap baris.
7. Memahami hubungan antarbaris.
8. Memahami satuan-satuan pokok pikiran.
9. Memahami sikap penyair terhadap pokok pikiran yang ditampilkannya.
10. Memahami sikap penyair terhadap pembaca.
11. Merangkum seluruh pemahaman di atas.
12. Menyimpulkan tema

Dengan menggunakan pendekatan analitis, apresiasikan puisi di bawah ini:

Adakah Suara Cemara
Oleh: Taufiq Ismail

Adakah suara cemara
Mendesing menderu padamu
Adakah melintas sepintas
Gemersik daunan lepas

Deretan bukit-bukit biru
Menyeru lagu itu
Gugusan mega
Ialah hiasan kencana

Adakah suara cemara
Mendesing menderu padamu
Adakah lautan ladang jagung
Mengombakkan suara itu





































STKIP PGRI SUMENEP

JURUSAN
MATA KULIAH : BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
: APRESIASI PUISI
BOBOT
SEMESTER
DOSEN
: 2 SKS
: III
: Drs. Akhmad Nurhadi, S.Pd., M.Si.
Tatap Muka ke-9
PENDEKATAN SOSIOPSIKOLOGIS

Pendekatan sosiopsikologis dalam mengapresiasi puisi adalah:
1. Pendekatan yang berusaha memahami latar belakang kehidupan sosial masyarakat, baik secara individual maupun kelompok yang mempengaruhi terwujudnya suatu gagasan dalam puisi.
2. Pendekatan yang berusaha memahami terwujudnya gagasan tentang kehidupan sosial masyarakat baik secara individual, maupun kelompok salam suatu puisi.
3. Pendekatan yang berusaha memahami sikap penyair terhadap kehidupan sosial masyarakat yang dipaparkannya.
Selanjutnya kita gunakan pendekatan sosiopsikologis untuk mengapresiasi puisi di bawah ini dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Baca berulang-ulang untuk mengetahui totalitas maknannya.
2. Menafsirkan dan menyimpulkan judul puisi, kata-kata, baris atau kalimat di dalamnya.
3. Menafsirkan hubungan makna antara baris yang satu dengan baris yang lain untuk memahami satuan makna yang terdapat dalam sekelompok baris atau bait dalam puisi.
4. Mengidentifikasi unsur sosial kehidupan yang dikemukakan penyair.
5. Mengidentifikasi sikap penyair terhadapnya.

Dari Seorang Guru Kepada Murid-Muridnya
Oleh: Hartojo Andangdjaja

Apakah yang kupunya anak-anakku
selain buku-buku dan sedikit ilmu
sumber pengabdianku kepadamu

Kalau di hari minggu engkau datang ke rumahku
aku takut, anak-anakku
kursi-kursi tua yang di sana
dan meja tulis sederhana
dan jendela-jendela yang tak pernah diganti kainnya
semua padamu akan bercerita
tentang hidupku di rumah tangga

Ah, tentang ini tak pernah aku bercerita
depan kelas, sedang menatap wajah-wajahmu remaja
-horison yang selalu biru bagiku-

karena kutahu anak-anaku
engkau terlalu muda
engkau terlalu bersih dari dosa
untuk mengenal ini semua

Keterangan:
1. Kehidupan penyair sebagai guru menjadi latar belakang terwujudnya gagasan dalam puisi.
2. Penggambaran tentang kehidupan guru yang sederhana jauh dari sejahtera.
3. Sikap penyair yang merasa takut kehidupan guru semacam itu mengusik jiwa murid-muridnya yang belia.
Dengan menggunakan pendekatan sosio psikologis apresiasikan puisi berikut ini:
Megatruh Guru Karni
Oleh: Tengsoe Tjahjono

baju drill si guru karni
dikayuhnya sepeda jengki
di panahnya matahari
dedikasi, oh, dedikasi
di rumah diminumnya air kendi
ketujuh anaknya minta roti
diberinya kaspe beragi

baju drill si guru karni
dikayuhnya sepeda jengki
nafasnya bagimu negri

dedikasi, oh, dedikasi
rumahnya beratap jerami
radio transistor pengganti tivi
di senthong anaknya bernyani

baju drill si guru karni
dikayuhnya sepeda jengki
digantangnya mimpi-mimpi

dedikasi, oh, dedikasi
kain, beras, gula, dan kopi
garam lombok seluruh isi kranji
meringis dipotong gaji

baju drill si guru karni
dokter, insinyur, pejabat, dan koki-koki
diperam tangannya tana janji
tetapi jadi, oh, jadi

dedikasi, oh, dedikasi
istrinya ibu pertiwi
tak pernah mencaci
tak pernah memaki

baju drill si guru karni
kenyang oleh himne
kenyang oleh sage-sege !












STKIP PGRI SUMENEP

JURUSAN
MATA KULIAH : BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
: APRESIASI PUISI
BOBOT
SEMESTER
DOSEN
: 2 SKS
: III
: Drs. Akhmad Nurhadi, S.Pd., M.Si.
Tatap Muka ke-10
PENDEKATAN HISTORIS

Pendekatan historis (kesejarahan) dalam mengapresiasi puisi adalah:
1. Berusaha memahami biografi pengarang.
2. Berusaha memahami peristiwa sejarah yang melatarbelakangi terwujudnya puisi.
3. Berusaha memahami perkembangan puisi pada suatu jaman.
Selanjutnya kita gunakan pendekatan historis dalam mengapresiasi puisi di bawah ini dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Memahami tanggal, bulan, dan tahun puisi itu diciptakan.
2. Memahami peristiwa sejarah yang terjadi pada masa itu.
3. Mamahi peranan penyairnya.
4. Membaca puisi secara keseluruhan.
5. Menghubungkan peristiwa kesejarahan yang melatarbelakangi lahirnya puisi itu dengan gagasan yang terdapat di dalamnya.

Karangan Bunga
Oleh: Taufiq Ismail

Tiga anak kecil
Dalam langkah malu-malu
Datang ke Salemba
Sore itu

Ini dari kami bertiga
Pita hitam pada karangan bunga
Sebab kami ikut berduka
Bagi kakak yang ditembak mati
Siang tadi

Catatan:
1. Taufiq Ismail tahun 1960-an seorang aktivis mahasiswa.
2. Tahun 1960-an terjadi demonstrasi mahasiswa yang memperjuangkan Trituta.
3. Hadirnya puisi-puisi Angkatan tahun 1960-an.
Apresiasi puisi berikut dengan pendekatan historis:

Apa Ndak Bosen Kamu Sampek Tuwek Jadi Presiden ?
Oleh: Darmanto Jatman

Tanggal, 19 Mei 1998, di istana presiden
Soeharto berkata: Ndak jadi presiden ndak patheken
(aku)

Aku juga
Ndak jadi presiden ndak patheken tu
Ndak jadi jendral, ndak jadi panglima –ndak patheken
Ndak punya loji, ndak punya mercy –ndak patheken
Ndak pake jas, ndak pake surjan –ndak patheken
Cuma ya itu lho
Pegimana daripada anak-mantuku, konco kopingku
Tahu-tahu nanti pada patheken, panunen, kreminen
Kan ya repot to ya.

Ndak jadi ke Beijing aku ndak gulung koming
Ndak jadi punya bini Dessy aku ndak setengah mati
Cuma ya itu repotnya kalo
Ndak jadi lengser keprabon aku dimungsuhi,
didomonstrasi
Ndak jadi madeg pandhita aku digarap dijadikan parodi
Mangkanya
Aku ogah jadi IMF biar ndak maksa-maksa kamu
Aku ogah jadi dollar biar nggak nggoyang rupiahmu
Apa jadi Indonesia biar ndak jadi kuda tungganganmu
Tapi jelas aku ogah jadi rakyat biar nggak dijarah
sama kamu
Eh tokh, aku makasih banget sama kamu
Soalnya
Tanpa kamu aku ndak kenal sama reformasi
Ndak kenal reformasi aku ndak bakal kenal diriku
Sendiri
Pokoknya beneran nih
Ndak jadi presiden ndak patheken aku
Asal ya itu tahu sama tahulah
Jangan kamu sita daripada harta bendaku
Jangan kamu bui anak cucuku
Jangan kamu permalukan aku
Dan kamu hapus namaku dari buku sejarah bangsaku
Hanya karena aku gagal ngrungkebi sabda pandhita
ratu
Habis bisaku jadi presiden kamu, jadi
Yang lega lila legawalah menerima aku sebagaimana
adaku
Soalnya, kalau kamu desak-desak aku, akan
semangkin kuat tekadku:
Tidak bakal tinggal glanggang colong playu aku
Camkanlah itu !
19 Mei 1998





















STKIP PGRI SUMENEP

JURUSAN
MATA KULIAH : BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
: APRESIASI PUISI
BOBOT
SEMESTER
DOSEN
: 2 SKS
: III
: Drs. Akhmad Nurhadi, S.Pd., M.Si.
Tatap Muka ke-11
MENULIS DAN MEMBACA PUISI

Menulis Puisi
A. Bahan Puisi
 Bahan puisi adalah realitas kehidupan, pengalaman kita sehari-hari.
 Puisi tidak harus berangkat dari tema, tetapi dapat berangkat dari mana saja.
B. Bahasa Puisi
 Bahasa puisi itu khas.
 Pilihan kata-katanya padat, cermat, berkonotasi, bermajas, dan berirama.
C. Bentuk Ekspresi
 Ciri visual puisi
 Bagaimana menata huruf-huruf puisi secara grafis.
 Pemenggalan larik (enjambemen), penyusunan bait, dan ukiran bentuk (tipografi).
D. Pengembangan Bahan
 Berhubungan dengan sikap penyair menghadapi bahan
 Dalam proses penciptaan puisi terdapat pelbagai sikap penyair dalam menghadapi realitas sebagai bahan:
1. Penyair sebatas merekam peristiwa atau fenomena awal.
2. Penyair memakai realitas sebagai media untuk mengungkapkan gagasan atau perasaan tertentu
3. Gagasan diungkapkan oleh penyair secara telanjang dan terbuka.
4. Gagasan atau realitas diungkapkan dengan mendayagunakan potensi bahasa yang unik dan menarik.
E. Gaya Pribadi
 Gaya pribadi berhubungan dengan: konsep estetika yang diperjuangkan, aliran yang dianut, dan faktor kepribadian penyair.
 Gaya pribadi akan tampak pada:
1. Pilihan kata.
2. Penyusunan frase atau kalimat.
3. Pengolahan majas.
4. Penggarapan unsur intrinsik puisi: baris, bait, tipografi, enjambemen, dan irama.
5. Pemilihan dan pengungkapan pokok persoalan.

Membaca Puisi
 Deklamasi=baca puisi (poetry reading), tetapi ada juga yang berpendapat:deklamasi=/=baca puisi.
 Bekal awal yang harus dipunyai pembaca puisi:
1. Interpretasi, termasuk penghayatan.
2. Presentasi, meliputi:
a. Segi psikhis, meliputi:
a.1. Kesiapan mental.
a.2. Keberanian.
a.3. Konsentrasi.
b. Segi verbal, meliputi:
b.1. Artikulasi.
b.2. Intonasi.
b.3. Irama.
b.4. Volume
c. Segi nonverbal, meliputi:
c.1. Mimik.
c.2. Pantomimik.
c.3. Pakaian.
c.4. Komunikasi.
 Alternatif membaca puisi: secara individuil, secara kelompok, atau dramatisasi puisi.






























STKIP PGRI SUMENEP

JURUSAN
MATA KULIAH : BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
: APRESIASI PUISI
BOBOT
SEMESTER
DOSEN
: 2 SKS
: III
: Drs. Akhmad Nurhadi, S.Pd., M.Si.
Tatap Muka ke-12
MENILAI PUISI
A. Penilaian terhadap naskah puisi
Unsur-unsur yang dinilai dalam hasil karya puisi, meliputi:
1. Amanat penyair dapat dipahami sekaligus dapat dinikmati (komunikatif).
2. Bahasa yang digunakan memiliki ciri personal dan khas (orisinil).
3. Penggunaan bahasa yang cermat, berkesan, dan imajinatif (estetis).
4. Wajar dan tidak dibuat-buat (kewajaran).
5. Menimbulkan kenikmatan dan kepuasan kepada pembaca (emosional estetis).
Atau dengan penyederhanaan dapat dibuatkan format penilaian sebagai berikut:
Format: Penilaian Naskah Puisi
No. Urut No. Undian Aspek
Catatan Juri
Komunikatif Orisinil Kewajaran Estetis






Juri dapat terdiri dari 3 (tiga) orang. Masing-masing juri menilai semua aspek. Pemenang diambil dari kandidat dengan nilai komulatif terbesar.
B. Penilaian terhadap baca puisi
Unsur-unsur yang dinilai dalam (lomba) baca puisi dapat beragam, tetapi yang umum dipergunakan dalam lomba baca puisi meliputi: Presentasi dan interpretasi atau: vokal, interpretasi, dan penampilan. Perhatikan format penilaian berikut ini:
Format: Penilaian Baca Puisi
No. Urut No. Undian Aspek Catatan Juri
Interpretasi Presentasi
Rentang Nilai 30-90 40-80




Dalam lomba kegiatan penilaian dilakukan oleh 3 (tiga) orang juri. Masing-masing juri menilai semua aspek. Kejuaraan ditentukan oleh nilai komulatif semua juri. Apabila terdapat kesamaan nilai, pemenang dapat dipertimbangkan melalui catatan juri atau memberi penekanan pada nilai aspek interpretasi.


DAFTAR BACAAN
Aminuddin, Drs., M.Pd., 1987, Pengantar Apresiasi Karya Sastra, Sinar baru, Bandung dan YA3, Malang.

Supriyadi, Drs., dkk., 1994. Pendidikan Bahasa Indonesia. Universitas Terbuka, Jakarta





nuerhadi999.files.wordpress.com/2008/08/apr-puisi-dan-prosa.doc

Tidak ada komentar:

Posting Komentar